TEPUK DADA TANYA SELERA




DARI REDAKSI



Oleh : Bambang Sutejo

Salam santun untuk semua pembaca tanpa terkecuali.
Tidak bermaksud untuk menggurui, tidak bermaksud untuk merendahkan seseorang atau segolongan orang dan tidak bermaksud untuk mencela dari golongan lainnya, sebelumnya Penulis Mohon maaf sebesar-besarnya.
  
Dengan melihat situasi dan kondisi saat sekarang ini membuat ketakutan sebagian golongan atau individu, membuat resah sekelompok orang, tidak hanya di Ibu Kota hal ini sampai kedaerah-daerah, yang di akibatkan dari  gesekan-gesekan politik, keyakinan, dan lainnya yang mampu merubah pola pikir masyarakat, yang mampu membangkitkan semangat untuk saling menghujat mencaci dan merendahkan seseorang bahkan menghina satu sama lainnya.

Kami berharap tanah pertiwi bumi Indonesia damai santun seperti yang telah pernah ada, negeri yang Baik, Damai Subur dan Makmur Baldatun Toyyibatun Warabun Ghofur.
Pandangan Redaksi, dari hasil obrolan dalam renungan puasa ini, Konsep Islam bermula dari kalimat SALAM, yang berarti “Selamat” atau “Sejahtera”, maknanya dalam persepektif kami Orbit Riau sebagai seorang Muslim harus mampu menyelamatkan dan mensejahterakan baru bisa kita selamat. Kalimat yang terkandung dari selamat dan sejahtera ini tidak terlepas dari akhlak budi pekerti manusia, untuk saling tolong menolong dan menunjukan sikap baik terhadap sesama makhluk Tuhan.

Akhlak menurut Ensiklopedi Islam Indonesia (1992:98) yaitu Kejadian manusia juga mengacu kepada konsep penciptaan alam semesta sebagai makhluk, dari pengertian etimologis ini akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar manusia, melainkan juga norma perilaku yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta. Dengan kata lain Tata perilaku seseorang terhadap orang lain  dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki.

Rasulullah Muhamad SAW, diturunkan dimuka bumi ini sebagai penyampai pesan dari sang khalik untuk dapat merubah akhlak manusia dari yang keji, bodoh, melakukan perusakan dimuka bumi, dan lainnya layaknya seperti zaman zahiliyah menuju ke ahklak budi pekerti yang mulia.

Seperti tertuang dalam alqur’an yang berbunyi: “ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S Al-Qalam:4)

Hal ini menunjukan bahwa Nabi Allah Muhamad SAW memiliki budi pekerti yang mulia sehingga dapat dijadikan contoh atau haswatun hasanah. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]

Sedikit penulisa ceritakan tentang Rasulullah SAW, jika kami salah mohon betulkan sahabat dan saudaraku:
Suatu ketika sahabat Rasulullah SAW datang memberi makan orang buta dari golongan bangsa lain, dan disaat itu pula Orang buta yang dimaksud melontarkan pertanyaan kepada sahabat Nabi yang membuat sahabat Nabi terkejut “Siapakah engkau “ Engkau bukan orang biasanya memberi aku makan

Orang buta tersebut heran dengan cara sahabat memberikan makan, sebelumnya orang buta tersebut telah sering menerima makanan bahkan disuapi oleh seseorang maka orang buta tersebut melontar pertanyaan, maka sahabat nabi terdiam untuk beberapa saat.
Selanjutnya dengan lembut sahabat Nabi menjawab “ Orang yang telah memberikan engkau makan selama ini telah Meninggal Dunia,  Dialah Nabi Muhamad SAW yang selama ini engkau caci engkau hina bahkan engkau ludahi.

Sepenggal cerita tersebut tidak terlepas dari akhlak mulia Nabi Muhamad SAW.

Moral, Etika, Akhlak, Budi Pekerti juga terdapat dalam butir-butir Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, penulis teringat dahulunya ketika belajar PMP (Pendidikan Moral Pancasila), berarti selain agama apapun yang terdapat dibumi pertiwi ini  maka Moral, Etika, Akhlak, Budi Pekerti harus tertanamam di masing-masing jiwa bangsa Indonesia tanpa terkecuali.

Jika Moral, Etika, Akhlak, Budi Pekerti telah ada dalam dada masing-masing warga negara maka kita akan kembali kepada Negeri yang aman damai Baldatun Toyyibatun Warabun Ghofur, maka dengan adanya gesekan-gesekan yang telah diuraikan diatas tadi tidak akan pernah terjadi.

Demikian sahabat saudaraku sebangsa setanah air, Mohon maaf sebesar-besarnya




Comments